Akhir-akhir
ini, saya mendapatkan berita yang kurang enak tentang koperasi. Seringkali
koperasi menjadi masalah ketika uang yang sudah dikumpulkan, akan tetapi
digunakan oleh pengurus untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka. waduh...
Kemaren
saja, saya melihat kejadian tersebut di televisi. Miris jadinya mendengar
bagaimana kekecewaan dari setiap anggotanya yang uang mereka masih di koperasi.
Bahkan sampai ratusan juta.
Tentu
hal ini merusak citra koperasi dibenak masyarakat Indonesia. Ditengah upaya
untuk mengembangkan koperasi sebagai penopang perekonomian bangsa, akan teapi,
kinerja yang mereka rasakan jauh dari harapan. Bahkan membuat mereka sangat
kecewa dengan koperasi.
Apa
yang terjadi dalam koperasi? Pengamatan yang saya lakukan adalah masalah di
sumber daya manusia koperasi itu sendiri. khususnya pada diri pengelola
koperasi yang kurang memiliki knowledge, skill dan attitude yang tepat untuk
mengelola koperasi. Kekurangan ini bisa dimengerti karena koperasi tersebut
dikelola oleh orang yang banyak bukan berlatar belakang pengetahuan koperasi.
Inilah
masalahnya. Koperasi dianggap sebagai institusi yang tidak diperlakukan sebagai
layaknya badan usaha dalam pengelolaannya. Persepsi yang salah ini menggiring
orang untuk bertindak tidak profesional dalam menjalankan tugas mereka di
koperasi.
Sangat
disayangkan kondisi ini terus terjadi. Pengalaman saya membina koperasi di
Pangalengan, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat tidak baik
terhadap koperasi. Pengalaman yang bisa menghancurkan persepsi positif terhadap
koperasi.
Sekarang, kita sudah
memiliki konsep yang bagus tentang koperasi.
Banyak buku-buku yang membahas koperasi. Akan tetapi, permasalahannya terjadi
pada aspek pengelolaan koperasi oleh pengurusnya yang tidak profesional. Tugas utama
setiap pihak yang peduli dengan koperasi adalah meningkatkan knowledge, sill
dan attitude dari pengurus kopersi tersebut.